I'm lost.. God give me guidances !!

Home

Milenia's Profiles
View my guestbook
Sign in my guestbook - Isi buku tamunya plz !
My fave links
My FM Stations
Pacaran Menurut Perspektif Islam - Indonesian Version
How 2 chat with a girl !
irCH4Milenia's Quotes
milenia's motivation Quotes
Jepara's art collections
Milenia's thanks list !
My poems for her
Milenia's Picture
Download
Woman in Islam
Islam Menilai Pacaran - Indonesian Version

Apa sih pacaran itu ?

ASAS NIKAH

Mungkinkah kita menikah tanda didasari oleh cinta? Ya, mungkin. Malahan ada banyak orang yang mau menikah hanya berdasarkan kepasrahan. Sesungguhnya, asas Nikah menurut syariah adalah suka sama suka. (Menurut asas ini, "kawin
paksa" hukumnya haram, begitu pula paksaan nikah terhadap sejoli yang dituding berzina) Rasa suka sama suka ini bisa berupa "cinta", "sayang", "kagum", "kasihan", "kepasrahan", dan sebagainya. Nah, di antara perasaan-perasaan itu yang
paling mendalam adalah "cinta". Jadi, landasan yang paling baik untuk menikah adalah cinta (mahabbah). Selanjutnya, setelah berumah tangga, mahabbah ini perlu dikembangkan menjadi mawaddah (cinta kemanusiaan secara menyeluruh) dan
rahmah (cinta keilahian).

LIMA MACAM HUKUM PACARAN

"Pacaran" itu apa hukumnya? Kita jangan buru-buru memvonis. Pacaran itu bisa haram, makruh, mubah, sunnah, dan bahkan bisa WAJIB, tergantung pada situasinya. Sesungguhnya, perintah dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits ada dua jenis, yakni wajib dan sunnah. Begitu pula larangannya ada dua jenis juga, yaitu haram dan makruh. (Selain pembagian-pembagian itu masih ada pembagian lain: ain-kifayah, muakkad-ghairumuakkad, namun tidak kita bahas di sini).

Oleh sebab itu, ketika kita membaca perintah Qur'an atau Hadits, kita jangan buru-buru memandang bahwa itu pasti wajib, lalu mewajibkannya kepada orang lain, karena bolehjadi itu "hanya" sunnah. Sebaliknya, ketika kita membaca larangan Qur'an atau Hadits, kita jangan buru-buru memandang bahwa itu pasti haram, lalu mengharamkan orang lain melakukannya, karena bolehjadi itu "hanya" makruh.
(Contohnya ayat "Dan jangan kau dekati zina!") Akan tetapi, tentu saja, muslim yang baik ialah yang tetap berusaha menjalankan perintah Allah, walau "hanya" sunnah, dan tetap berusaha menjauhi larangan-Nya, walau "hanya" makruh.

Pacaran adalah masalah muamalah, yaitu hubungan antarmanusia. Kaidah fiqih menyebutkan, semua hubungan muamalah pada dasarnya adalah halal (mubah), kecuali bila diharamkan oleh Al-Qur'an. Dengan memandang bahwa pacaran
merupakan persahabatan yang paling akrab antara sejoli pria dan wanita yang saling mencintai (dan hal-hal ini tidak diharamkan oleh Al-Qur'an), maka hukum pacaran adalah mubah. Bila di dalam pacaran TERWUJUD perzinaan atau hal-hal SALAH
lainnya, maka hukumnya haram (salah => haram). Bila di dalamnya terkandung POTENSI mendekati zina atau hal-hal BURUK lainnya, maka hukumnya makruh (buruk => makruh). Bila arah persahabatan semacam itu menuju pernikahan atau hal-hal BAIK lainnya, maka hukumnya sunnah (baik => sunnah). Bila seseorang hendak menikah, sedangkan ia belum memiliki rasa suka kepada orang yang hendak ia nikahi itu, padahal asas nikah adalah "suka sama suka" sebagaimana yang saya sebut di atas, atau dalam hal-hal BENAR lainnya, maka hukum pacaran
dalam kondisi semacam ini adalah wajib (benar => wajib).

Biasanya kondisi-kondisi yang kita hadapi tidak sesederhana kondisi-kondisi itu. Namun prinsip-prinsip tersebut bisa dijadikan pegangan awal. Di sini saya tidak bisa
menjelaskannya lebih lanjut. Saya juga belum mengetengahkan dalil-dalilnya selengkapnya. Bila anda ingin lebih tahu tentang sejauh mana keleluasaan pergaulan antara pria-wanita dalam perspektif Islam, silakan membaca buku berjudul
"Kebebasan Wanita" (enam jilid) terbitan Gema Insani Press. Dalil-dalil dan penjelasan yang dikemukakan di dalamnya sangat lengkap.

PACARAN DAN TAKDIR

Apakah pacaran itu melangkahi takdir? Tidak. Manusia diharuskan berikhtiar, dan pacaran dengan definisi "persahabatan akrab yang bertujuan atau mengarah ke
pernikahan" merupakan bagian dari ikhtiar. Kalau doi bukan "jodoh" kita, agaimana? "Jodoh" itu (dan "takdir-takdir" lainnya) tidak turun dari langit begitu saja, tetapi selalu melewati ikhtiar manusia, baik orang yang bersangkutan maupun orang-orang lain yang berkaitan dengan "takdir"nya.

Apa tidak rugi ikhtiar kita bila doi itu bukan "jodoh" kita? Ya, memang ada ruginya, tetapi ini bersifat duniawi sehinga tidak bergitu berarti. Untungnya jauh lebih banyak, karena ikhtiar itu (apa pun hasilnya) membuahkan pahala ukhrawi
juga. Justru kita rugi bila tidak berikhtiar, karena melepas kesempatan untuk memperoleh pahala. Seandainya ternyata si doi itu akhirnya tidak menjadi suami atau istri kita, di sinilah keimanan kita kepada takdir diuji. Bila kita menerimanya dengan berlapang dada, berserah diri kepada Allah, maka kita berhasil dalam ujian keimanan ini. Sebaliknya, bila kita tidak habis mengerti, merasa tidak puas terhadap ketentuan Allah, maka kita gagal dalam ujian keimanan ini.

Pandangan kedua !

Gimana sich sebenernya pacaran itu, enak ngga' ya? Bahaya ngga' ya ? Apa bener pacaran itu harus kita lakukan kalo mo nyari pasangan hidup kita ? Apa memang bener ada pacaran yang Islami itu, dan bagaimana kita menyikapi hal itu?

Memiliki rasa cinta adalah fitrah

Ketika hati udah terkena panah asmara, terjangkit virus cinta, akibatnya...... dahsyat man...... yang diinget cuma si dia, pengen selalu berdua, akan makan inget si dia, waktu tidur mimpi si dia. Bahkan orang yang lagi fall in love itu rela ngorbanin apa aja demi cinta, rela ngelakuin apa aja demi cinta, semua dilakukan agar si dia tambah cinta. Sampe' akhirnya....... pacaran yuk. Cinta pun tambah terpupuk, hati penuh dengan bunga. Yang gawat lagi, karena pengen bukti'in cinta, bisa buat perut buncit (hamil). Karena cinta diputusin bisa minum baygon. Karena cinta ditolak .... dukun pun ikut bertindak.

Sebenarnya manusia secara fitrah diberi potensi kehidupan yang sama, dimana potensi itu yang kemudian selalu mendorong manusia melakukan kegiatan dan menuntut pemuasan. Potensi ini sendiri bisa kita kenal dalam dua bentuk. Pertama, yang menuntut adanya pemenuhan yang sifatnya pasti, kalo ngga' terpenuhi manusia bakalan binasa. Inilah yang disebut kebutuhan jasmani (haajatul 'udwiyah), seperti kebutuhan makan, minum, tidur, bernafas, buang hajat de el el. Kedua, yang menuntut adanya pemenuhan aja, tapi kalo' kagak terpenuhi manusia ngga' bakalan mati, cuman bakal gelisah (ngga' tenang) sampe' terpenuhinya tuntutan tersebut, yang disebut naluri atau keinginan (gharizah). Kemudian naluri ini di bagi menjadi 3 macam yang penting yaitu :
Gharizatul baqa' (naluri untuk mempertahankan diri) misalnya rasa takut, cinta harta, cinta pada kedudukan, pengen diakui, de el el.
Gharizatut tadayyun (naluri untuk mensucikan sesuatu/ naluri beragama) yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan penyembahan/ beragama kepada sesuatu yang layak untuk disembah.
Gharizatun nau' (naluri untuk mengembangkan dan melestarikan jenisnya) manivestasinya bisa berupa rasa sayang kita kepada ibu, temen, sodara, kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi kepada lawan jenis.

Pacaran dalam perspektif islam

In fact, pacaran merupakan wadah antara dua insan yang kasmaran, dimana sering cubit-cubitan, pandang-pandangan, pegang-pegangan, raba-rabaan sampai pergaulan ilegal (seks). Islam sudah jelas menyatakan: "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Q. S. Al Isra' : 32)

Seringkali sewaktu lagi pacaran banyak aktivitas laen yang hukumnya wajib maupun sunnah jadi terlupakan. Sampe-sampe sewaktu sholat sempat teringat si do'i. Pokoknya aktivitas pacaran itu dekat banget dengan zina. So....kesimpulannya PACARAN ITU HARAM HUKUMNYA, and kagak ada legitimasi Islam buatnya, adapun beribu atau berjuta alasan tetep aja pacaran itu haram.

Adapun resep nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud: "Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu seta berkeinginan menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu."
(HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).

Jangan suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena yang ketiga adalah syaiton. Seperti sabda nabi: "Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab syaiton menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya." (HR. Imam Bukhari Muslim).

Dan untuk para muslimah jangan lupa untuk menutup aurotnya agar tidak merangsang para lelaki. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya." (Q. S. An Nuur : 31).

Dan juga sabda Nabi: "Hendaklah kita benar-benar memejakamkan mata dan memelihara kemaluan, atau benar-benar Allah akan menutup rapat matamu."(HR. Thabrany).

Yang perlu di ingat bahwa jodoh merupakan QADLA' (ketentuan) Allah, dimana manusia ngga' punya andil nentuin sama sekali, manusia cuman dapat berusaha mencari jodoh yang baik menurut Islam. Tercantum dalam Al Qur'an: "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)."
Wallahu A'lam bish-Showab